When I Love You
Genre: Sad
Maafkan bila ada typo bertebaran dan feel gak dapat. Yang jelas author bikin cerpen ini sebagai pelajaran buat kita semua, hargai apa yang kita punya saat ini! Jangan lupa RCL (Read, Comment, Like) ya! RCL dari kalian merupakan semangat buat author untuk buat karya2 selanjutnya!
Happy Reading ^^
***
“Hahhhh! Nyebelin!” Seorang cowok berkulit putih menghempaskan bongkongnya dengan kasar ke sofa.
“Kenapa lagi lo,Raf?” tanya cowok disampingnya yang sedang asyik menekuri notebook.
“Lo tahu Steffy kan? Gue bosen tiap hari dia slalu ngekorin kemanapun gue pergi! Dan dengan entengnya dia bilang ke nyokap gue kalo gue pacarnya!”
“Steffy? Cewek yang baru seminggu lo kenal itu kan?”
“Thats right, ilham ! Gue bete sama dia!”
Cowok yang dipanggil Ilham menatap cowok disampingnya dengan heran. “Kenapa? Apa yang salah sama steffy? Menurut gue dia cewek yang baik.”
“Dia bukan tipe gue banget! Lo kan tahu tipe gue tuh cewek yang tinggi dan cantik, sedangkan Steffy? Uhhhhh!” (padahal ce ntep paling tinggi di chibi kaya ryn se pantar)
“Rafael, lo tuh gak berubah ya? Lihat tuh dari hati bukan dari fisik.” ilham menasehati. “Coba lo pikir, zaman sekarang cewek kayak Steffy tuh jarang bahkan hampir punah!”
“Punah? Lo pikir hewan dilindungi.” Rafael mencibir.
“Gue serius kali! Lo inget? Pas lo sakit yang bela-belain jaga lo sampe lo sembuh siapa? Pas lo lagi gak punya duit yang baik hati beliin lo makan siapa? Yang sabar meskipun lo suka ngambek siapa? Jawabannya Steffy!” Papar Ilham panjang lebar. “Harusnya lo bersyukur masih ada cewek kayak Steffy didunia ini.”
“Ahhhh! Lo malah ceramah, bikin tambah males!” Rafael pergi meninggalkan Ilham yang cuma bisa angkat bahu.
***
“Kak Rafael, coba deh kakak lebih sabar trus jangan gampang ngambek pasti kakak lebih cakep.” Cewek berambut ikal sebahu menepuk bahu Rafael.
“Gue ya gini udah gak bisa berubah! Kalo gak bisa terima gue apa adanya mending lo gak usah kenal sama gue!” Ujar Rafael ketus.
Steffy menghela nafas, wajah manisnya berubah murung. “Gue gak ada maksud buat bikin kak Rafael marah. Gue sayang sama kakak apa adanya.”
“Tapi gue cuma anggap lo adik! Gak lebih!”
“Gak apa-apa, asal kakak bahagia.”
***
Semakin lama semakin hari Rafael dan Steffy makin dekat. Dimana ada Rafael disana pasti ada Steffy. Tapi tiap teman-teman Rafael bertanya, Rafael menjawab bahwa dia dan Steffy hanya sebatas adik--kakak. Hingga suatu hari....
“Steffy, gue pengen ngomong sesuatu sama lo.” Rafael sengaja mengajak Steffy bertemu disebuah taman.
Steffy mendongak menatap Rafael. “Kakak mau ngomong apa? Kok kayaknya serius banget?”
“Jujur, gue ngerasa terbebani sama perasaan lo. Gue gak bisa anggap lo lebih dari sekedar teman.”
“Maksud kakak apa?”
“Gue pengen lo pergi dari hidup gue. Gue udah capek kemana-mana lo selalu ngekorin gue! Dan asal lo tahu, lo bukan tipe gue!” Rafael berkata gamblang. “Jadi gue harap lo sadar diri dan pergi dari hidup gue!”
Steffy tertegun mendengar perkataan Rafael yang tanpa perasaan. Hatinya hancur berserakan bagai diterjang tornado. “Baiklah kalo itu yang kakak mau. Asal kakak bahagia gue akan pergi. Jaga diri kakak baik-baik dan jangan lupa makan.”
Steffy pergi meninggalkan Rafael dengan hati yang terluka. Sebenarnya jauh dilubuk hati Rafael terbesit perasaan bersalah telah melukai hati orang yang selama ini selalu menjaganya, memperhatikannya bahkan sabar terhadap sikap Rafael yang cenderung egois.
“Apa yang gue lakuin bukan kesalahan! Ini yang terbaik!” Rafael bangkit dari duduknya dan beranjak pulang.
Rafael pulang sambil bersiul-siul gembira. Hatinya terasa enteng karena menurutnya tak akan ada lagi penganggu dalam hidupnya. “Sekarang hidup gue tenang! Gak ada lagi yang ngekorin dan sok perhatian!”
“Kenapa lo teriak-teriak gaje gitu?” Ilham merasa heran melihat Rafael yang baru datang berteriak tak jelas.
Rafael mendekati Ilham dan mengguncang bahunya. “Sekarang gue bebas! Gue udah usir Steffy dari kehidupan gue!”
“Maksud lo apa? Gue gak paham.”
“Tadi gue udah ungkapin semua sama Steffy gimana perasaan gue dan juga soal dia bukan tipe gue. Gue minta dia buat pergi dari hidup gue! Sekarang gak ada lagi Steffy!”
“Jahat banget sih lo, Raf!” Ilham berkata dingin. “Inget! Lo gak akan pernah tahu betapa berharganya seseorang sampai lo kehilangannya.”
“Maksud lo apa ngomong gitu?”
“Lo cerna sendiri apa arti perkataan gue.” Ilham meninggalkan Rafael yang tertegun.
“Halah! Nasehat basi! Steffy emang gak berharga jadi gue gak bakal ngerasa kehilangan!”
***
Sudah satu minggu Rafael hidup tanpa Steffy. Awalnya Rafael merasa hidupnya baik-baik saja dan bebas, tapi tepat hari ketujuh Rafael baru merasakan ada yang hilang dalam hidupnya. Hari-hari yang dilaluinya terasa hampa.
“Kenapa muka lo kusut banget?” Ilham bertanya pada Rafael yang menatap ponselnya dengan raut abstrak.
“Bete! Sebel! Gue sms berulang kali gak ada balasan! Gue telpon juga gak pernah diangkat! Apa sih maunya?!” Rafael mengacak-acak rambutnya frustasi.
“Emang siapa yang lo sms? Gebetan baru lo?”
Morgan menggeleng cepat. “Gue sms...Steffy.”
“Hah? Gue gak salah denger kan? Bukannya lo males sama Steffy? Kenapa lo sekarang malah kayak orang kebakaran jenggot?”
“Gue juga gak tahu kenapa gue bisa begini.” Rafael menunduk, mata sipitnya berubah sendu. “Yang jelas, sejak Steffy gak ada gue ngerasa ada yang kurang dalam keseharian gue. Gue kangen suara dia, kecerewetan dia bahkan sikap dia yang lebay. Gue juga kangen sama hidung peseknya!”
“Lo masih inget gak omongan gue tempo hari? Kita gak akan pernah tahu betapa berharganya seseorang sebelum kita kehilangannya? Sekarang lo ngerasain sendiri kan?” Ilham menepuk pelan punggung Rafael. “Harusnya lo gak sia-siain Steffy! Sekarang lo baru sadar kan kalau dia sangat berarti?”
“Lo mau bantuin gue kan?”
“Asal gue bisa, gue pasti bantuin lo kok.”
“Lo sms-in Steffy atau telponin dia. Bujuk dia buat balik ke sisi gue, bilang sama dia kalau gue bener-bener menyesal.”
“Oke! Kasih gue waktu tiga hari, gue akan coba bujuk Steffy.”
“Thanks. Gue tunggu hasilnya.”
***
Tiga haripun berlalu. Rafael menagih janji Ilham padanya. “Gimana? Apa ada perkembangan?”
“Selama tiga hari ini gue udah sharing macem-macem sama Steffy. Dia bilang sama gue kalau dia jenuh sama sikap lo yang gak pernah menghargai dia.” Ilham menyesap kopi dihadapannya sejenak sebelum akhirnya melanjutkan. “Tiap saat lo selalu marah-marah. Gak pernah sedikitpun sikap Steffy yang benar dimata lo, karena itu dia capek! Kesabarannya buat ngadepin lo udah habis.”
“Tapi gue udah berubah, Ilham! Lo tahu sendiri kan sikap gue akhir-akhir ini gak kayak dulu lagi.”
“Gue juga udah bilang gitu, tapi Steffy tetep gak bisa. Dia mau menjauh dari hidup lo karena itu permintaan lo sendiri.”
Rafael menutup wajahnya dengan kedua tangan. “Gue nyesel! Gue pengen kayak dulu lagi sama dia, bercanda, main bareng. Apa itu semua gak mungkin lagi?”
“Gue rasa itu semua udah gak mungkin lagi,Raf!”
Rafael mendongak, menatap Ilham. “Kenapa? Kenapa semua itu gak mungkin?”
“Karena sekarang Steffy udah punya pacar.” Ilham menatap sahabatnya dengan kasihan. “Lo harus sabar, Raf! Anggap dia bukan jodoh lo! Dibalik ini semua, gue yakin Tuhan punya rencana yang lebih indah buat lo.”
Rafael shock mendengar perkataan ilham. Kata-kata Ilham tergiang-ngiangterus dikepala Rafael. Disaat dia mulai sadar dan mencintai Steffy, dengan sadisnya cinta yang baru berkembang itu harus hancur terinjak sebuah fakta.
Mengapa kau pergi, mengapa kau pergi
Disaat aku mulai mencintaimu
Berharap engkau jadi kekasih hatiku, malah kau pergi jauh dari hidupku
Menyendiri lagi, menyindiri lagi
Disaat kau tinggalkan diriku pergi
Tak pernah ada yang menghiasi hariku, disaat aku terbangun dari tidurku
Aku inginkan dirimu datang dan temui aku
Kan ku katakan padamu aku sangat mencintai dirimu
Aku inginkan dirimu datang dan temui aku
Kan ku katakan padamu aku sangat mencinta
(Dadali - Disaat Aku Mencintaimu)
Rafael amat sangat menyesal, harusnya dia bisa menjaga semuanya. Tapi karena sebuah ego dan kenaifan dia harus kehilangan seseorang yang berharga.
Jagalah apa yang telah Tuhan berikan meskipun itu tak sesuai dengan kehendak kita, karena sesungguhnya hanya Tuhan yang tahu apa yang terbaik untuk kita. Jangan menuntut sebuah kesempurnaan karena sesungguhnya kesempurnaan itu tercipta dari diri kita sendiri. Untuk apa mencari yang sempurna, jika dengan yang sederhana kita dapat bahagia.
-THE END-
Gimana?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar